Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara, Puji Astuti mengatakan suatu wilayah dinyatakan KLB jika jumlah kasus DBD yang ditemukan dua kali lipat dari kasus sebelumnya. Dikatakannya, pada tahun 2015 di Wanadri ditemukan tiga orang penderita DBD. Namun kini jumlah warga yang suspect DBD mencapai 45 orang.
Wakil Bupati Banjarnegara, Hadi Supeno menjelaskan dari 45 orang suspect DBD, 43 orang berasal dari Wanadri. Sementara satu orang suspect berasal dari Desa Wiramastra Kecamatan Bawang dan satu orang lagi berasal dari Desa Pucungbedug Kecamatan Purwanegara. Dari jumlah tersebut 20 orang dinyatakan positif DBD. Jika dibandingkan dengan kasus tahun lalu, terjadi peningkatan hingga berkali-kali lipat. Sehingga pihaknya menyatakan Wanadri KLB DBD. “Ini sudah lebih dua kali lipat dari kasus sebelumnya. Terakhir 2015 tiga kasus. Apalagi sekarang sudah ada warga Wanadri yang meninggal dunia,” kata dia.
Penetapan status ini membawa konsekuensi para petugas harus selalu siap menghadapi kondisi darurat. “Penetapan status ini untuk mengikat mindset agar semuanya selalu siaga. Tidak ada Sabtu, Minggu, semua harus siap.,” tandasnya.
Hingga saat ini suspect DB asal Wanadri masih dirawat di empat rumah sakit yaitu RSUD, RSI, RS Emmanuel dan PKU Muhhamadiyah Merden. Karena pada saat itu kondisi darurat, banyak warga yang dilarikan ke rumah sakit meski tidak memiliki biaya. Hadi mengatakan bagi pemegang kartu Jamkesmas dan BPJS, biaya pengobatan akan gratis. Sementara bagi yang tidak mampu akan dicover melalui Jamkesda. Sedangkan warga miskin yang tidak memiliki Jamkesmas, BPJS Kesehatan dan Jamkesda, namun terjangkit DBD tetap akan dibiayai. “Nanti kita biayai. Jangan khawatir,” janjinya. Mengenai biaya, akan dicarikan sumber dananya. Alternatifnya antara lain melalui CSR rumah sakit yang bersangkutan. Karena pasien dirawat di empat rumah sakit, pihaknya minta agar DKK segera berkoordinasi dengan keempat rumah sakit tersebut. “Saya minta Bu Puji berkoordinasi dengan rumah sakit tempat warga suspect DB dirawat. Saya minta besok sudah ada laporannya,: kata Hadi.
Ayah korban, Ahmad Muzyer (45) mengatakan anaknya meninggal dunia setelah sakit selama enam hari. “Dari sakit sampai ajalnya enam hari,” kata dia. Habibi meninggal Rabu (27/1) di RS Emmanuel Klampok. Habibi sebelumnya sempat dirawat di Puskesmas Wanadri 2, Jumat (22/1) pagi. Namun akhirnya nyawanya tidak tertolong karena DB yang dideritanya sudah terlanjur parah.
Muzyer yang merupakan Kaur Umum Desa Wanadri ini mengatakan selain anaknya yang meninggal dunia, istrinya juga terjangkit penyakit serupa. “Istri saya juga terkena. Namanya Sri Hidayah usia 40 tahun. Sekarang sedang dirawat di RS Emmanuel dan kondisinya sudah mulai membaik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar